Senin, 12 November 2012

Adat Istiadat Semarang

Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah, dengan demikian adat istiadat, bahasa maupun budaya Jawa sangat kental di kota ini. Meskipun memiliki budaya Jawa, banyak dari warganya yang juga keturunan etnis Tionghoa. Tak bisa dipungkiri bahwa budaya Tionghoa pun ikut berperan di Semarang. Ini terlihat dari berbagai elemen kehidupan di Semarang, mulai dari bangunan sampai dengan kuliner atau makanan.
Selain itu, di Semarang juga terdapat etnis Arab yang banyak terdapat sebuah daerah di Semarang yang disebut sebagai Kampung Melayu. Kampung Melayu bisa dilihat di sekitar Jalan Layur, di mana berdiri sebuah masjid yang disebut dengan Masjid Menara. Disebut demikian lantaran di sebelahnya terdapat menara yang berfungsi sebagai tempat mengumandangkan adzan.
Kampung Melayu



Pada perayaan tradisi Dugderan, kita bisa melihat beberapa percampuran budaya yang ada di Semarang. Perpaduan budaya ini bisa disaksikan pada “Warak Endog”, yaitu sebuah boneka binatang raksasa mitologis yang digambarkan sebagai simbol atau perwakilan akulturasi budaya dari keragaman etnis yang ada di Semarang. Bagian-bagian tubuhnya terdiri dari kepala naga (Cina), badan buraq (Arab) dan kaki kambing (Jawa).


Kata Warak sendiri berasal dari bahasa arab “Wara’I” yang berarti suci. Dan Endog (telur) disimbolkan sebagai hasil pahala yang diperoleh seseorang setelah sebelumnya menjalani proses suci. Secara harfiah, Warak Ngendog bisa diartikan sebagai siapa saja yang menjaga kesucian di Bulan Ramadan, kelak di akhir bulan akan mendapatkan pahala di hari lebaran.

Jumat, 09 November 2012

Wayang Kulit Ing Tanah jawi



Wayang Warisane Budaya Jawa Tengah

Wayang golek


Wayang Golek adalah boneka kayu yang dimainkan berdasarkan karakter tertentu dalam suatu cerita pewayangan. Dimainkan oleh seorang Dalang, yang menguasai berbagai karakter maupun suara tokoh yang dimainkan. Lazimnya wayang golek dipergelarkan pada malam hari sampai dini hari.

Wayang orang





Wayang orang disebut juga dengan istilah wayang wong (bahasa Jawa) adalah wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita wayang tersebut.
Sesuai dengan nama sebutannya, wayang tersebut tidak lagi dipergelarkan dengan memainkan boneka-boneka wayang (wayang kulit yang biasanya terbuat dari bahan kulit kerbau ataupun yang lain), akan tetapi menampilkan manusia-manusia sebagai pengganti boneka-boneka wayang tersebut. Mereka memakai pakaian sama seperti hiasan-hiasan yang dipakai pada wayang kulit. Supaya bentuk muka atau bangun muka mereka menyerupai wayang kulit (kalau dilihat dari samping), sering kali pemain wayang orang ini diubah/ dihias mukanya dengan tambahan gambar atau lukisan.
Pertunjukkan wayang orang yang masih ada saat ini, salah satunya adalah wayang orang Barata (di kawasan pasar Senin, Jakarta), Taman Mini Indonesia Indah, Taman Sriwedari Solo, dan lain-lain.
Wayang orang disebut juga dengan istilah wayang wong (bahasa Jawa) adalah wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita wayang tersebut.
Sesuai dengan nama sebutannya, wayang tersebut tidak lagi dipergelarkan dengan memainkan boneka-boneka wayang (wayang kulit yang biasanya terbuat dari bahan kulit kerbau ataupun yang lain), akan tetapi menampilkan manusia-manusia sebagai pengganti boneka-boneka wayang tersebut. Mereka memakai pakaian sama seperti hiasan-hiasan yang dipakai pada wayang kulit. Supaya bentuk muka atau bangun muka mereka menyerupai wayang kulit (kalau dilihat dari samping), sering kali pemain wayang orang ini diubah/ dihias mukanya dengan tambahan gambar atau lukisan.
Pertunjukkan wayang orang yang masih ada saat ini, salah satunya adalah wayang orang Barata (di kawasan pasar Senin, Jakarta), Taman Mini Indonesia Indah, Taman Sriwedari Solo, dan lain-lain.

Wayang Kulit




Wayang kulit adalah salah satu dari kebudayaan yang dimiliki Indonesia,yang berasal dari jawa.wayang kulit sebagai salah satu peninggalan atau warisan leluhur khususnya dari keraton Yogyakarta.Wayang kulit merupakan cerita dari Ramayana dan Mahabhrata. Dunia seni pergelaran wayang kulit gaya Jawa Timuran belum banyak menarik minat peneliti sastra dan kesenian di Indonesia karena dianggap sebagai seni daerah Pesisiran yang diasumsikan kurang menarik dibandingkan dengan dunia kesenian di lingkup keraton (Yogyakarta dan Surakarta). Seni pedalangan dan pergelaran wayang kulit gaya Jawa Timuran merupakan sebuah dunia seni pertunjukan rakyat yang tidak banyak mendapat campur tangan kepentingan keraton dari berbagai aspek sosial, politik, kultural, dan aspek-aspek pragmatik lainnya. Ia tumbuh alami di desa-desa pewaris dan pelestari tradisinya sesuai dengan dinamika dan tataran pengetahuannya.
Tokoh Semar dalam kehidupan seni pergelaran wayang kulit gaya Jawa Timuran memiliki kedudukan dan fungsi yang penting dan agak berbeda dibandingkan perannya dalam dunia pergelaran wayang Jawa Tengahan dan Yogyakarta. Melalui tokoh Semar, kiranya dapat dipahami bagaimana konstruk sebuah lakon dipergelarkan dan bagaimana lakon diberi makna atau dikomunikasikan kepada publik. Sebaliknya, publik menghayati dan menangkap pesan lakon melalui peran tokoh Semar.
Gendeng adalah nama sebuah dusun kerajinan ukir pembuatan wayang kulit yang sampai sekarang terus mempertahankan keberadaan wayang kulit yang bisa dibeli di penjual wayang khususnya wayang kulit gaya Yogyakarta. Di sana akan ditemukan tenaga-tenaga terampil dan terasah dalam pembuatan wayang kulit yang juga bisa ditemukan lewat penjual wayang kulit. Ada sekitar 50 perajin di puppet shop yang aktif dalam bidang tatah sungging kulit yang terkumpul hampir di sepuluh sanggar.
Dekatnya sentra ukir kulit Gendeng dari Yogyakarta atau puppet shop, sekitar 8 km arah selatan yang melewati jalur utama kota Bantul dan desa wisata Kasongan akan memudahkan para wisatawan menuju ke lokasi. Wisatawan yang datang akan menjumpai berbagai bentuk dan model wayang kulit di puppet crafts dan melihat proses pembuatan wayang yang masih sederhana dan masih terjaga ketradisionalannya dalam pemrosesan, pembuatan pola, penatahan dan sungging atau pewarnaan.

BUDAYANE  JAWA  TENGAH

Posted on Mei 10, 2009 by antoys
Jawa Tengah yaiku propinsi ingkang budaya jawanipun ngrembaka akeh. Amargane mbiyen kathah kerajaaan ingkang jumeneng ing mriki. Arupa peninggalan candi ing Jawa Tengah.

 Pakaryan ingkang tansah sae yaiku batik asli Jawa Tengah.
Saben daerah nduweni ciri khas dhewe-dhewe.


Sakliyane batik ana kesenian ingkang luwih sae yaiku wayang kulit ingkang sampun di resmiaken kalih dunia ingkang dados warisan budaya dunia yaiku UNESCO

Wayang Kulit
Wonten malih tembang tembang (lagu-lagu) jawa ingkang diiringi kalih gamelan (alat musik asli jawa) sing dipangertosi kalih campur sari

Sinden Campur SaWonten  malih, ketoprak sing dados pertunjukkn seni peran khas saking jawa. Ing Jawa Tengah uga tasih wonten pagaweyan ingkang dugi sak menika jumeneng ing kutha Solo ingkang dikenal kasunanan Solo.


Budaya Jawa Tengah kathah sanget budaya senine.mulai wayang,wayang golek,ketoprak,tari, lan tasih kathah liyane.



Adate Pengantine Jawa

Upacara perkawinan adat pengantin Jawa sebenarnya bersumber dari tradisi keraton. Bersamaan dengan itu lahir pula seni tata rias pengantin dan model busana pengantin yang aneka ragam. Seiring perkembangan zaman, adat istiadat perkawinan tersebut, lambat laun bergerak keluar tembok keraton. Sekalipun sudah dianggap milik masyarakat, tapi masih  banyak calon pengantin yang ragu-ragu memakai busana pengantin basahan (bahu terbuka) yang konon hanya diperkenankan bagi mereka yang berkerabat dengan keraton.
Pada dasarnya banyak persamaan yang menyangkut upacara perkawinan maupun tata rias serta busana kebesaran yang dipakai keraton Yogyakarta, Surakarta dan mengkunegara. Perbedaan yang ada bisa dikatakan merupakan identitas masing-masing yang menonjolkan ciri khusus, dan itu justru memperkaya khasanah budaya bangsa kita. Bertolak dari kenyataan tersebut, sudah sering diselenggarakan sarahsehan yang berkenan dengan adat istiadat perkawinan oleh kerabat keraton, agar masyarakat merasa mantap mendandani calon pengantin dengan gaya keraton, sekaligus agar tidak terjadi kekeliruan dalam penerapannya. Kali ini PENGANTIN menampilkan rangkaian upacara adat Pengantin Jawa.

Serah-Serahan
Setelah dicapai kata sepakat oleh kedua belah pihak orang tua tentang perjodohan putra-putrinya, maka dilakukanlah 'serah-serahan' atau disebut juga 'pasoj tukon'. Dalam kesempatan ini pihak keluarga calon mempelai putra menyerahkan barang-barang tertntu kepada calon mempelai putri sebagai 'peningset', artinya tanda pengikat. Umumnya berupa pakaian lengkap, sejumlah uang, dan adakalanya disertai cincin emas buat keperluan 'tukar cincin'.

Pingitan
Saat-saat menjelang perkawinan, bagi calon mempelai putri dilakukan 'pingitan' atau 'sengkeran' selama lima hari, yang ada pada perkembangan selanjutnya hanya cukup tiga hari saja. Selama itu calon mempelai putri dilarang keluar rumah dan tidak boleh bertemu dengan calon  mempelai putra. Seluruh tubuh pengantin putri dilulur dengan ramu-ramuan, dan dianjurkan pula berpuasa. Tujuannya agar pada saat jadi pengantin nanti, mempelai putri tampil cantik sehingga membuat pangling orang yang menyaksikannya.

Pasang Bleketepe/ Tarup
Upacara pasang 'tarup' diawalkan dengan pemasangan 'bleketepe' (anyaman daun kelapa) yang dilakukan oleh orangtua calon mempelai putri, yang ditandai pula dengan pengadaan  sesajen. Tarup adalah bangunan darurat yang dipakai selama upacara berlangsung. Pemasangannya memiliki persyaratan khusus yang mengandung makna religius, agar rangkaian upacara berlangsung dengan selamat tanpa adanya hambatan. Hiasan tarup, terdiri dari daun-daunan dan buah-buahan yang disebut 'tetuwuhan' yang  memiliki nilai-nilai simbolik.

Siraman
Makna upacara ini, secara simbolis merupakan persiapan dan pembersihan diri lahir batin kedua calon mempelai yang dilakukan dirumah masing-masing. Juga merupakan media permohonan doa restu dari para pinisepuh. Peralatan yang dibutuhkan, kembang setaman, gayung, air yang diambil dari 7 sumur, kendi dan bokor.
Orangtua calon mempelai putri mengambil air dari 7 sumur, lalu dituangkan ke wadah kembang setaman. Orangtua calon mempelai putri mengambil air 7 gayung untuk diserahkan kepada panitia yang akan mengantarnya ke kediaman calon mempelai putra. Upacara ini dimulai dengan sungkeman kepada orangtua calon pengantin serta para pini sepuh.
Siraman dilakukan pertama kali oleh orangtua calon pengantin, dilanjutkan oleh para pinih sepuh, dan terakhir oleh ibu calon mempelai mempelai putri, menggunakan kendi yang kenudian dipecahkan ke lantai sembari mengucapkan, "Saiki wis pecah pamore" ("Sekarang sudah pecah pamornya").

Paes/ Ngerik
Setelah siraman, dilakukan upacara ini, yakni sebagai lambang upaya memperindah diri secara lahir dan batin. 'Paes' (Rias)nya baru pada tahap 'ngalub-alubi' (pendahuluan), untuk memudahkan paes selengkapnya pada saat akan dilaksanakan temu. Ini dilakukan dikamar calon mempelai putri, ditunggui oleh para ibu pini sepuh.
Sembari menyaksikan paes, para ibu memberikan restu serta memanjatkan do'a agar dalam upacara pernikahan nanti berjalan lancar dan khidmat. Dan semoga kedua mempelai nanti saat berkeluarga dan menjalani kehidupan dapat rukun 'mimi lan mintuno', dilimpahi keturunan dan rezeki.

Dodol Dawet
Prosesi ini melambangkan agar dalam upacara  pernikahan yang akan dilangsungkan, diknjungi para tamu yang melimpah bagai cendol dawet yang laris terjual. dalam upacara ini, ibu calon mempelai putri bertindak sebagai penjual dawet, didampingi dan dipayungi oleh bapak calon mempelai putri, sambil mengucapkan : "Laris...laris". 'Jual dawet' ini dilakukan dihalaman rumah. Keluarga. kerabat adalah pembeli dengan pembayaran 'kreweng' (pecahan genteng)
Selanjutnya adalah 'potong tumpeng' dan 'dulangan'. Maknanya, 'ndulang' (menyuapi) untuk yang terakhir kali bagi putri yang akan menikah. Dianjurkan dengan melepas 'ayam dara' diperempatan jalan oleh petugas, serta mengikat 'ayam lancur'  dikaki kursi mempelai putri. Ini diartikan sebagai simbol melepas sang putri yang akan mengarungi bahtera perkawinan.
Upacara berikutnya, 'menanam rikmo' mempelai putri dihalaman depan dan 'pasang tuwuhan' (daun-daunan dan buah-buahan tertentu). Maknanya adalah 'mendem sesuker', agar kedua mempelai dijatuhkan dari kendala yang menghadang dan dapat meraih kebahagiaan.

Midodareni
Ini adalah malam terakhir bagi kedua calon mempelai sebagai bujang dan dara sebelum melangsungkan pernikahan ke esokan harinya. Ada dua tahap upacara di kediaman  calon mempelai  putri. Tahap pertama, upacara 'nyantrik', untuk  meyakinkan bahwa calon mempelai putra akan hadir pada upacara pernikahan yang waktunya sudah ditetapkan. Kedatangan calon mempelai putra diantar oleh wakil orangtua, para sepuh, keluarga serta kerabat untuk menghadap calon mertua.
Tahap kedua, memastikan bahwa keluarga calon mempelai putri sudah siap melaksanakan prosesi pernikahan dan upacara 'panggih' pada esok harinya. Pada malam tersebut, calon mempelai putri sudah dirias sebagaimana layaknya. Setelah menerima doa restu dari para hadirin, calon mempelai putri diantar kembali masuk ke dalam kamar pengantin, beristirahat buat persiapan upacara esok hari. Sementara para pni sepuh, keluarga dan kerabat bisa melakukan 'lek-lekan' atau 'tuguran', dimaksudkan untuk mendapat rahmat Tuhan agar seluruh rangkaian upacara berjalan lancar dan selamat.

Pernikahan
Pernikahan, merupakan upacara puncak yang dilakukan menurut keyakinan agama si calon mempelai. Bagi pemeluk Islam, pernikahan bisa dilangsungkan di masjid atau di kediaman calon mempelai putri. Bagi pemeluk Kristen dan Katolik, pernikahan bisa dilangsungkan di gereja.
Ketiga pernikahan berlangsung, mempelai putra tidak diperkenankan memakai keris. Setelah upacara pernikahan selesai, barulah dilangsungkan upacara adat, yakni upacara 'panggih' atau 'temu'.

Panggih (Temu)
Sudah menjadi tradisi, prosesi ini berurutan secara tetap, tapi dimungkinkan hanya dengan penambahan variasi sesuai kekhasan daerah di Jawa Tengah. Diawali dengan kedatangan rombongan mempelai putra yang membawa 'sanggan', berisi 'gedang ayu suruh ayu', melambangkan keinginan untuk selamat atau 'sedya rahayu'. sanggan tersebut diserahkan kepada ibu mertua sebagai penebus.
Upacara dilanjutkan dengan penukaran 'kembang mayang'. Konon, segala peristiwa yang menyangkut suatu formalitas peresmian ditengah masyarakat, perlu kesaksian. Fungsi kembang mayang, konon sebagai saksi dan sebagai penjaga serta penangkal (tolak bala). Setelah berlangsungnya upacara, kembang mayang tersebut ditaruh di perempatan jalan, yang bermakna bahwa  setiap orang yang melewati jalan itu, menjadi tahu bahwa di daerah itu baru saja berlangsung upacara perkawinan. 'Panggih' atau 'temu' adalah dipertemukannya mempelai putri dan mempelai putra, yang berlangsung sebagai berikut :

Balangan gantal/ Sirih
Mempelai putri dan mempelai putra dibimbing menuju 'titik panggih'. Pada jarak lebih kurang lima langkah, masing-masing mempelai saling melontarkan sirih atau gantal yang telah disiapkan.Arah lemparan mempelai putra diarahkan ke dada mempelai putri, sedangkan mempelai putri mengarahkannya ke paha mempelai putra. Ini sebagai lambang cinta kasih suami terhadap istrinya, dan si istri pun menunjukan baktinya kepada sang suami.

Wijik
Mempelai putra menginjak telur ayam hingga pecah. Lalu mempelai putri membasuh kaki mempelai putra dengan air kembang setaman, yang kemudian dikeringkan dengan handuk. Prosesi ini malambangkan kesetiaan istri kepada suami. Yakni, istri selalu berbakti dengan sengan hati dan bisa memaafkan segala hal yang kurang baik yang dilakukan suami. Setelah wijik dilanjutkan dengan 'pageran', maknanya agar suami bisa betah di rumah. Lalu diteruskan dengan sembah sungkem mempelai putri kepada mempelai putra.

Pupuk
Ibu mempelai putri mengusap ubun-ubun mempelai putra sebanyak tiga kali dengan air kembang setaman. Ini sebagai lambang penerimaan secara ikhlas terhadap menantunya sebagai suami dari putrinya.

Sinduran/ Binayang
Prosesi ini menyampirkan kain sindur yang berwarna merah ke pundak kedua mempelai (memperlai putra di sebelah kanan) oleh bapak dan ibu mempelai putri. Saat berjalan perlaham-lahan menuju pelaminan dengan iringan gending, Paling depan di awali bapak mempelai putri mengiringi dari belakang dengan memegangi kedua ujung sindur. Prosesi ini menggambarkan betapa kedua mempelai telah diterima keluarga besar secara utuh, penuh kasih sayang tanpa ada perbedaan anatara anak kandung dan menantu.

Bobot Timbang
Kedua mempelai duduk dipangkuan bapak mempelai putri. Mempelai putri berada dipaha sebelah kiri, mempelai putra dipaha sebelah kanan. Upacara ini disertai dialog antara ibu dan bapak mempelai putri. "Abot endi bapakne?" ("Berat yang mana, Pak) kata sang ibu. "Podo, podo abote," ("Sama beratnya") sahut sang bapak. Makna dari upacara ini adalah kasih sayang orangtua terhadap anak dan menantu sama besar dan beratnya.
Guno Koyo - Kacar-kucur
Pemberian 'guno koyo' atau 'kacar-kucur' ini melambangkan pemberian nafkah yang pertama kali dari suami kepada istri. Yakni berupa : kacang tolo merah, keledai hitam, beras putih, beras kuning dan kembang telon ditaruh didalam 'klasa bongko' oleh mempelai putra yang dituangkan ke pangkuan mempelai putri. Di pangkuan mempelai putri sudah disiapkan serbet atau sapu tangan yang besar. Lalu guno koyo dan kacar-kucur dibungkus oleh mempelai putri dan disimpan.
 
sumber: http://infopengantin.blogspot.com/2010/03/rangkaian-upacara-adat-pengantin-jawa.html
 

Kamis, 08 November 2012

Papan Panggonan Jaman Kuno Ing Kutha Semarang

  LAWANG SEWU merupakan sebuah gedung yang terdapat di Semarang Jawa Tengah. Gedung tersebut merupakan kantor Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Di bangun pada tahun 1903 dan selesai pada tahun 1907, terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelmina Plein. Masyarakat menyebut Lawang Sewu karena gedung tersebut memiliki pintu yang banyak sekali
GEREJA BLENDUG adalah gereja tertua di Jawa Tengah yang di bangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di Semarang pada tahun 1753, dengan bentuk heksagonal (persegi delapan). Sesungguhnya gereja ini bernama GPIB Immanuel, di Jalan Letjen Suprapto 32. Gereja Blendug direnovasi pada tahun 1824 oleh W. Westmaas dan H.P.A de Wilde, yang menambah 2 menara di depan gereja ini. Blendug adalah julukan dari masyarakat yang berarti KUBAH.

TUGU MUDA pada awalnya didirikan untuk memperingati peristiwa pertempuran 28 Oktober 1945, Gubernur Jawa Tengah Mr. Wongsonegoro meletakkan batu pertama dialoon-aloon Semarang. Kemudian di lanjutkan Wali Kota Semarang Hadi Soebeno Sosro Wardoyo membentuk panitia Tugu Muda pada lokasi yang ada sekarang ini. Desain dikerjakan oleh Salim, sedangkan relief tugu dikerjakan oleh seniman Hendro. Pada tanggal 20 Mei 1953 bertepatan dengan kebangkitan Nasional, Tugu Muda diresmikan oleh presiden Soekarno.P

Keindahan pantai yang menarik, di ambil dari pinggir Pelabuhan Tanjung Emas tempo doeloe dengan memperlihatkan keangkuhan Mercusuarnya pada saat itu.
KUIL SAM POO KONG atau Gedung Batu adalah sebuah kuil Tionghoa yang terletak di daerah Simongan Semarang Indonesia. Tempat ini konon sebuah mesjid yang dijadikan tempat persinggahan Laksamana Cheng Ho, seorang penjelajah asal Tiongkok yang beragama Islam.

Jajanan Khas Kutha Semarang

Bandeng Presto
Bandeng Presto ini adalah masakan paling khas dan terkenal dari kota Semarang. Bahan dasarnya, tentu saja ikan bandeng, dimasak panci dengan panas dan tekanan tinggi atau biasa disebut presto. Saat ini, sudah ada panci khusus presto. Ciri khas dari bandeng presto duri ikan bandeng yang lunak hingga mudah dan enak untuk dimakan. Duri pada ikan, diketahui mengandung gizi yang tinggi, kalsium juga omega yang memperkuat kinerja otak.
Selain bandeng presto, di sentra-sentra penjualan bandeng presto yang banyak tersebar di kota Semarang, disediakan juga menu bandeng, yang dimasak dengan cara berbedam seperti banding dipepes, otak-otak, dipanggang ataupun digoreng kremes. Untuk banding presto biasa dan dilengkapi sambal. Bandeng presto sangat cocok dijadikan sebagai oleh-oleh, karena ketahanannya disimpan dalam lemari pendingin untuk waktu yang cukup lama. Bila Anda berkesempatan jalan-jalan di Semarang, cobalah ke pusat jajanan tradisional di sepanjang jalan Pandanaran untuk memborong bandeng presto yang gurih.
 

Lumpia 
Siapa yang tidak kenal lumpia? Jajanan yang terbuat dari lembaran tepung terigu berisi rebung (bamboo muda) ini merupakan trademark kuliner Semarang. Silahkan menyambangi kios-kios sentra lumpia di sepanjang Jalan Pandanaran, Jl.Pemuda di depan Pasar raya Sri Ratu atau sepanjang jalan MT.Haryono.
Untuk dapat mencoba berbagai pilihan lumpia kegemaran Anda,  ada lumpia yang disajikan dengan digoreng juga yang tanpa digoreng.  Atau, untuk isi, Anda dapat memilih selain rebung ada daging ayam atau sapi yang dirajang kecil-kecil. Lumpia sangat cocok sebagai teman teh sembari bercengkerama di sore hari.
 



Wingko Babat
Makanan yang terbuat dari kelapa dan beras ketan ini, awalnya berasal dari Babat, Jawa Timur. Namun, seiring waktu, justru menjadi jajanan khas andalan Semarang. Awalnya, jajanan berbentuk bulat ini, hanya memiliki satu rasa saja, kelapa. Tapi, karena banyaknya permintaan pasar, maka inovasi rasa diciptakan. Kini Anda dapat menikmati variant rasa wingko babat seperti coklat, durian, nangka dan lain-lain dari toko jajanan di jalan Pandanaran, Stasiun Tawang, Stasiun Poncol dan pusat penjualan Wingko Babat di Jalan Cendrawasih.
 

Tahu Pong
Jenis tahu khas Semarang ini, lain dari biasanya. Dinamakan Tahu Pong karena memang tahu ini tak berisi alias kopong, tahu yang bagian luarnya digoreng kering sedang bagian dalamnya berongga. Jika Anda ingin mencoba sensasi gurih garing dari tahu pong ini, silahkan mampir ke sekitar Jalan Gadjah Mada dan Jalan Depok. Tahu Pong juga biasa dinikmati dengan petis.
 

Wedang Tahu 
Selain makanan, Semarang juga memiliki minuman khas. Wedang tahu, minuman yang terbuat dari sari tahu dengan kuah beraroma jahe dan gula merah ini, sangat pas dinikmati saat dingin dimalam hari.  Saat ini, wedang tahu masih dapat ditemui di disekitar jalan Jagalan (belakang Kelurahan Jagalan)
 
Ganjel Rel
Nama yang aneh untuk jajanan ya? Memang, bila dilihat namanya, akan terdengar kurang pas tapi, jangan ragukan rasanya. Makanan berbasis roti dengan warna coklat yang didapat dari gula jawa dan diberi lapisan wijen diatasnya memiliki citarasa yang manis legit. Begitu pas untuk menemani snack time di pagi hari. Makanan ini adalah jajanan khas Kota Semarang yang popular tempo doeloe. Untuk asal mula nama ganjel rel sendiri, dikarenakan bentuknya yang besar, Saat ini, Anda dapat mencoba roti ganjel rel ini, dari toko roti HO Jalan KH.Wahid Hasyim.
 
 sumber:http://carapedia.com/makanan_khas_semarang_info2239.html
 

Template by:

Free Blog Templates